Niken adalah siswi kelas 8 SMP yang ceria dan aktif. Ia sangat suka bermain media sosial, terutama TikTok dan Instagram. Setiap pulang sekolah, hal pertama yang ia lakukan adalah membuka ponselnya dan melihat berbagai unggahan teman-temannya. Awalnya, media sosial hanya menjadi hiburan bagi Niken. Namun, lama-kelamaan ia menjadi terlalu sering menggunakannya. Ia bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk scrolling tanpa sadar waktu berlalu.
Suatu hari, Niken mendapatkan tugas kelompok dari gurunya. Tugas itu harus dikerjakan bersama teman-temannya dan dikumpulkan dalam waktu tiga hari. Namun, bukannya fokus mengerjakan tugas, Niken malah sibuk bermain ponsel. Ia terus menonton video lucu dan ikut-ikutan membuat konten. Akibatnya, ketika hari pengumpulan tiba, tugas kelompoknya belum selesai. Teman-temannya kecewa, dan nilai kelompok mereka pun menurun. Niken merasa sangat bersalah.
Beberapa hari kemudian, Niken juga pernah mengalami kejadian tidak menyenangkan. Ia membaca sebuah postingan tentang seorang artis yang katanya terlibat masalah besar. Tanpa berpikir panjang, Niken ikut membagikan berita itu ke grup teman-temannya. Ternyata, berita itu adalah hoaks. Temannya menegur Niken dan menjelaskan bahwa berita tersebut tidak benar. Niken malu sekali. Ia menyadari bahwa ia telah menyebarkan informasi palsu hanya karena terburu-buru percaya.
Peristiwa demi peristiwa itu membuat Niken mulai berpikir ulang tentang kebiasaannya. Ia menyadari bahwa media sosial tidak selalu membawa hal baik jika digunakan secara berlebihan dan tidak hati-hati. Ia pun memutuskan untuk berubah. Niken mulai membatasi waktu bermain ponsel. Ia membuat jadwal: ponsel hanya boleh digunakan setelah belajar dan tugas sekolah selesai. Ia juga berhenti menyebarkan berita sebelum memastikan kebenarannya.
Perubahan Niken tidak berhenti sampai di situ. Ia mulai mengikuti akun-akun edukatif yang membagikan tips belajar, pengetahuan baru, dan inspirasi kehidupan. Ia menemukan banyak hal bermanfaat yang sebelumnya tidak ia perhatikan. Ia juga mulai menggunakan media sosial untuk hal positif: membagikan karyanya. Niken suka menggambar, jadi ia mulai mengunggah hasil gambarnya ke Instagram. Tak disangka, banyak teman yang memberi dukungan dan pujian. Bahkan, beberapa temannya meminta Niken mengajari mereka menggambar.
Lama-kelamaan, Niken menjadi lebih fokus dan produktif. Nilai pelajarannya meningkat, hubungan dengan teman-temannya membaik, dan ia merasa lebih bahagia. Ia belajar bahwa media sosial bukanlah hal yang buruk, asalkan digunakan dengan bijak dan bertanggung jawab. Ia pun membagikan pengalamannya kepada teman-teman kelasnya saat presentasi di depan kelas. โMedia sosial itu seperti pisau,โ kata Niken dengan semangat. โKalau digunakan dengan benar, bisa bermanfaat. Tapi kalau tidak hati-hati, bisa melukai diri sendiri dan orang lain.โ
Sejak saat itu, Niken menjadi contoh bagi teman-temannya. Ia tidak melarang teman-temannya bermain media sosial, tetapi ia selalu mengingatkan untuk tidak berlebihan dan selalu berpikir sebelum bertindak. Cerita Niken mengajarkan bahwa perubahan besar bisa dimulai dari langkah kecil, yaitu kesadaran diri.
๐๐ฎ๐๐ฎ๐ฏ๐น๐ฎ๐ต ๐๐ฒ๐๐๐ฎ๐ถ ๐๐ฒ๐ธ๐ ๐ฑ๐ถ ๐ฎ๐๐ฎ๐!
1. Apa kebiasaan buruk Niken saat awal menggunakan media sosial?
2. Apa kesalahan yang dilakukan Niken saat membagikan berita?
3. Bagaimana peristiwa penyebaran berita hoaks dapat menjadi titik balik bagi Niken untuk berubah?
4. Nilai-nilai karakter apa saja yang ditunjukkan Niken setelah ia menyadari kesalahannya dalam menggunakan media sosial?
5. Jika kamu berada dalam posisi Niken sebelum berubah, strategi apa yang bisa kamu lakukan untuk mengelola penggunaan media sosial tanpa mengabaikan kewajiban belajar?
Komentar
Belum ada komentar.