Hadiah Dari Kejujuran

Penulis: Nanik Purnawati, S.Pd | 29 Sep 2025 | Pengunjung: 553
Cover
Di pagi yang cerah, suasana kelas VIII B SMP Permata Bunda tampak lebih ramai dari biasanya. Hari itu adalah hari ulangan Bahasa Inggris—mata pelajaran yang membuat cemas sebagian besar siswa.

Di pojok ruang kelas, Haris, seorang siswa pendiam namun rajin, duduk di bangku sambil membaca catatan terakhir sebelum ulangan dimulai. Tak lama kemudian, sahabatnya, Andra, datang dan duduk di depan Haris.
“Ris, sudah siap belum? Aku semalam tidak sempat belajar banyak, gara-gara main game...” Kata Andra berbisik.
“Aku coba belajar semampuku. Semoga bisa mengerjakan, walaupun soal ulangan biasanya susah.” Jawab Haris sambil tersenyum tipis.
“Ah, kamu mah pasti bisa. Eh, jaga-jaga aja ya, aku bawa contekan kecil. Kalau kepepet, tinggal kubuka sedikit.” Kata Andra sambil menepuk pundak Haris.
Haris terdiam. Ia tak membalas. Hatinya mulai tak tenang memikirkan sahabatnya itu.

Bel tanda masuk berbunyi. Bu Asri, guru Bahasa Inggris, masuk ke kelas dengan membawa setumpuk kertas soal ulangan. Semua siswa mulai gelisah.
“Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita ulangan. Ibu harap kalian jujur dan mengerjakan sesuai kemampuan. Ingat, nilai bisa dicari, tetapi kejujuran tidak bisa dibeli.” Kata bu Asri memotivasi. Bu Asri juga menjadi wali kelas VIII B, makanya tak pernah bosan-bosan mengingatkan agar semua siswa berlaku jujur.
Suasana kelas pun hening. Satu per satu siswa mulai mengerjakan soal. Haris mencoba fokus, meskipun ada beberapa soal yang cukup sulit. Beberapa menit kemudian, mata Haris tanpa sengaja menatap selembar kertas kecil jatuh dari saku Andra. Kertas itu berisi catatan jawaban yang mungkin keluar dalam ulangan. Andra mulai melirik-lirik ke bawah, berusaha membaca contekan.
“Andra... jangan, nanti ketahuan.” Haris berbisik pelan mengingatkan.
“Tenang aja, cuma lihat sebentar kok.” Jawab Andra juga sambil berbisik.
Haris merasa sangat terganggu. Ia tahu menyontek itu salah. Tapi ia juga tahu, kalau hanya diam saja, Andra akan terus melakukannya. Sampai akhirnya waktu ulangan pun usai. Saat semua kertas jawaban dikumpulkan, tiba-tiba bu Asri menemukan kertas kecil di bawah meja Andra.
“Kertas ini milik siapa?” Tanya bu Asri dengan suara tegas.
Semua siswa terdiam. Andra terlihat gugup. Haris pun gelisah. Setelah didesak, akhirnya Andra pun mengaku.
“Maaf, Bu... itu kertas saya. Saya menyontek.” Kata Andra sambil menunduk.
Bu Asri tidak langsung marah, tapi raut wajahnya tak mampu menyembunyikan kekecewaan yang dalam.
“Terima kasih karena kamu sudah jujur mengakui,... Andra. Tetapi tetap saja, ini pelanggaran. Kamu akan mendapatkan nilai nol untuk ulangan kali ini, dan kita akan bicara lebih lanjut nanti. Kejujuran itu penting, tetapi jangan sampai kamu baru jujur setelah ketahuan melakukan kesalahan besar.” Kata bu Asri memperingatkan.
Saat istirahat, Haris menghampiri Andra di luar kelas.
“Kamu tidak apa-apa, Ndra?” Tanya Haris penuh selidik.
“Sedikit malu sih... Tapi kamu benar.... tadi. Harusnya aku tidak nyontek.” Jawab Andra sambil menghela napas menyembunyikan rasa malu.
“Nilai bisa dikejar. Tetapi kalau kita tidak jujur, kita cuma membohongi diri sendiri.” Kata Haris menasihati.
“Iya, terima kasih ya... Lain kali aku akan belajar beneran.” Jawab Andra dengan menahan senyum lemah penuh penyesalan.

Beberapa hari kemudian, tibalah saatnya 𝗣𝗲𝗺𝗶𝗹𝗶𝗵𝗮𝗻 𝗦𝗶𝘀𝘄𝗮 𝗧𝗲𝗹𝗮𝗱𝗮𝗻 𝗕𝘂𝗹𝗮𝗻 𝗜𝗻𝗶 diumumkan. Semua siswa terkejut, nama Haris disebut. Ia terpilih menjadi siswa teladan bulan ini. SMP Permata Bunda mempunyai tradisi mengadakan pemilihan siswa teladan setiap tiga bulan sekali. Pemilihan bukan berdasarkan nilai tetapi berdasarkan karakter siswa.
“Bapak ibu guru memilih Haris bukan karena nilainya paling tinggi, tetapi karena ia menunjukkan sikap jujur, konsisten, dan bisa menjadi contoh baik bagi teman-temannya.” Kata bu Asri memberi penjelasan.
Haris merasa bangga, bukan karena piagam atau pengakuan, tapi karena ia tetap berpegang pada prinsip kejujuran—meski dalam tekanan.

𝗦𝗲𝘁𝗲𝗹𝗮𝗵 𝗺𝗲𝗺𝗮𝗵𝗮𝗺𝗶 𝗰𝗲𝗿𝗶𝘁𝗮 𝗱𝗶 𝗮𝘁𝗮𝘀, 𝗷𝗮𝘄𝗮𝗯𝗹𝗮𝗵 𝗽𝗲𝗿𝘁𝗮𝗻𝘆𝗮𝗮𝗻 𝗱𝗶 𝗯𝗮𝘄𝗮𝗵 𝗶𝗻𝗶
1. Apa nilai-nilai keutamaan yang terkandung dalam cerita “Hadiah dari Kejujuran”? Jelaskan bagaimana nilai itu ditunjukkan oleh tokoh utama.

2. Bagaimana sikap Haris saat melihat temannya menyontek? Apa yang bisa kamu pelajari dari sikap tersebut?

3. Menurutmu, apakah pengakuan Andra setelah ketahuan menyontek menunjukkan sikap yang baik? Jelaskan pendapatmu.

4. Apa maksud dari ucapan bu Asri: "Nilai bisa dicari, tetapi kejujuran tidak bisa dibeli"?

5. Jika kamu berada di posisi Andra, dan kamu merasa belum siap ulangan, apa yang akan kamu lakukan agar tetap jujur?

Komentar

p 2025-10-01 07:21:19

asalamualaikum

← Kembali ke Daftar Artikel