HASAN, PENGGEMBALA YANG JUJUR

Penulis: Siti Nurjanah, S.Ag | 19 Sep 2025 | Pengunjung: 763
Cover
Di sebuah desa kecil yang subur dan dikelilingi perbukitan hijau, hiduplah seorang pemuda bernama Hasan. Desa itu terkenal dengan tanahnya yang makmur, air sungai yang jernih, serta udara yang sejuk. Sebagian besar penduduknya hidup sebagai petani dan peternak. Namun, Hasan berbeda. Ia tidak memiliki sawah maupun ternak sendiri. Sehari-hari, ia bekerja sebagai penggembala kambing milik seorang tuan kaya di kampungnya.

Meskipun pekerjaannya sederhana, Hasan selalu melakukannya dengan sepenuh hati. Ia tidak pernah mengeluh, meski harus berjalan jauh mengikuti langkah-langkah kambing ke padang rumput. Ia tahu bahwa pekerjaannya mungkin terlihat remeh di mata orang lain, tetapi bagi Hasan, setiap pekerjaan adalah amanah yang harus ditunaikan dengan jujur. Ia yakin, rezeki tidak datang semata dari besar kecilnya profesi, melainkan dari Allah yang Maha Memberi.
Setiap pagi buta, sebelum matahari terbit, Hasan sudah bangun, berwudu, dan melaksanakan salat Subuh. Setelah itu, ia berangkat menggiring kambing-kambing keluar kandang. Ia berjalan di depan, memimpin dengan tenang. Sesampainya di padang rumput yang luas, ia tidak hanya duduk bermalas-malasan. Hasan selalu mengawasi hewan-hewan itu dengan penuh perhatian. Ia tahu betul, kambing-kambing itu bukan miliknya. Karena itu, ia merasa wajib menjaganya sebaik mungkin agar tetap sehat dan aman.

Kejujuran dan rasa tanggung jawab Hasan membuat banyak orang di desa kagum. Mereka sering berkata, “Hasan memang pemuda yang berbeda. Ia tidak kaya harta, tetapi hatinya kaya akan iman.”

Suatu hari, saat Hasan sedang menggembala di padang rumput yang tenang, datanglah seorang lelaki asing. Penampilannya rapi dan wajahnya tegas. Lelaki itu menghampiri Hasan dan berkata dengan suara meyakinkan:
“Hai pemuda, berikanlah satu kambing kepadaku. Jangan khawatir, nanti aku akan memberimu uang banyak. Dengan uang itu, engkau bisa membeli pakaian baru, makanan enak, atau apa saja yang engkau inginkan.”
Hasan terdiam sejenak. Hatinya berguncang. Ia tahu, jika ia mau, ia bisa mengambil satu ekor kambing dan mengatakan bahwa kambing itu hilang. Tidak ada seorang pun yang akan tahu. Pemilik kambing mungkin akan percaya saja. Namun, di dalam hati kecilnya, Hasan sadar bahwa Allah selalu mengawasi, meski manusia tidak melihat.

Dengan wajah tenang namun suara tegas, Hasan menjawab:
“Maaf, tuan. Kambing-kambing ini bukan milikku. Aku hanya diberi amanah untuk menjaganya. Jika aku memberimu seekor kambing, berarti aku berkhianat kepada pemiliknya. Dan yang lebih aku takuti, apa yang akan aku jawab kepada Allah di hari kiamat nanti?”

Lelaki asing itu tertegun. Matanya berbinar, seolah tak percaya dengan jawaban yang begitu jujur keluar dari seorang pemuda sederhana. Kemudian ia tersenyum kagum. Ternyata lelaki itu bukan orang sembarangan. Ia datang hanya untuk menguji kejujuran Hasan.
Kabar tentang kejadian itu dengan cepat menyebar ke seluruh desa. Orang-orang menceritakannya dari mulut ke mulut. Mereka merasa bangga memiliki seorang pemuda seperti Hasan di kampung mereka. Banyak orang tua yang kemudian menasihati anak-anaknya dengan berkata:
“Nak, jadilah seperti Hasan. Ia mungkin hanya seorang penggembala sederhana, tetapi hatinya penuh dengan iman dan kejujuran. Kekayaan bukanlah ukuran kemuliaan, melainkan akhlak yang baik.”

Hasan sendiri tidak pernah berbangga diri. Ia tidak merasa bahwa dirinya pahlawan. Baginya, menolak perbuatan curang adalah hal yang wajar. Ia tetap rendah hati, tetap menggembala kambing dengan sabar, dan selalu mengingat Allah dalam setiap langkahnya.

Hari-harinya berjalan sebagaimana biasa. Pagi ia membawa kambing ke padang rumput, siang ia berteduh sambil membaca ayat-ayat Al-Qur’an yang ia hafal, dan sore ia menggiring kambing kembali ke kandang. Dalam kesederhanaan hidupnya, Hasan merasakan ketenangan jiwa yang tidak bisa dibeli dengan harta.
Waktu pun berlalu. Sikap Hasan menjadi teladan bagi pemuda-pemuda lain di desa. Mereka belajar darinya bahwa menjaga amanah lebih berharga daripada mendapatkan keuntungan sesaat. Mereka sadar, bahwa kejujuran adalah modal utama hidup.

Hasan percaya, kemuliaan tidak datang dari pakaian indah, rumah megah, atau jabatan tinggi. Kemuliaan sejati lahir dari akhlak yang baik, hati yang bersih, dan iman yang kokoh. Itulah yang membuat nama Hasan dikenang sepanjang masa di desanya, sebagai pemuda sederhana yang memiliki hati sebesar langit.
Jawablah pertanyaan di bawah ini ?

1. Mengapa Hasan menolak memberikan seekor kambing kepada lelaki asing, meskipun tidak ada orang lain yang melihat?
2. Apa arti penting sebuah amanah dalam kehidupan sehari-hari kita?
3. Bagaimana perasaanmu jika berada di posisi Hasan, ketika mendapat tawaran harta dengan cara yang tidak jujur?
4. Menurutmu, apakah kejujuran lebih berharga daripada kekayaan? Mengapa?
5. Nilai apa saja dari kisah Hasan yang bisa kamu terapkan dalam kehidupanmu di sekolah, rumah, atau lingkungan sekitar?

Komentar

Arga 7B 2025-09-25 07:29:58

Literasinya bagus banget🤩🤩

Dewa 7b 2025-09-25 07:16:57

Literasinya bagus dan menyenangkan banget

Nathan 7B 2025-09-25 07:15:33

literasi nya bagus

Nathan 2025-09-25 07:11:37

Literasi nya joss menyenangkan

← Kembali ke Daftar Artikel