Mbah Wagimun

Penulis: Fajar Budhianto | 27 Aug 2025 | Pengunjung: 737
Cover
“Luar biasa!” Begitu respon spontan yang terdengar dari beberapa orang terhadap kegiatan Spensatu Ko-Aksi yang diselenggarakan oleh SMPN 1 Pitu pada hari Jumat, 22 Agustus 2025 lalu. Kegiatan yang dikemas dalam bentuk pawai ini bukan sekadar acara seremonial, tetapi merupakan unjuk karya hasil pembelajaran kokurikuler yang telah dijalani siswa selama beberapa minggu sebelumnya.

Kegiatan kokurikuler ini mengambil tipe kolaboratif, di mana beberapa mata pelajaran bekerja sama dalam sebuah proyek pembelajaran yang bertujuan menguatkan karakter siswa. Semua diarahkan pada pencapaian delapan kompetensi lulusan, dengan fokus khusus pada dimensi kewargaan dan kreativitas. Melalui proses ini, para siswa tidak hanya belajar tentang pengetahuan akademis, tetapi juga nilai-nilai kebersamaan, menghargai perbedaan, serta mencintai keberagaman budaya Indonesia.

Selama proses pembelajaran, para siswa diajak mengenali budaya dari berbagai suku di Nusantara. Mereka mempelajari ragam pakaian, asesoris, motif, hingga makna filosofis yang terkandung dalam setiap budaya. Sebagai tugas akhir, mereka diminta membuat salah satu asesoris khas dari suku yang dipilih, misalnya penutup kepala, kalung, gelang, atau hiasan lain. Namun, kreativitas siswa ternyata melampaui ekspektasi. Saat hari pawai tiba, yang mereka tampilkan bukan hanya asesoris sederhana, melainkan satu set lengkap pakaian tradisional dari berbagai suku di Indonesia.

Hasilnya sungguh menakjubkan. Jalanan sekitar sekolah dipenuhi oleh pemandangan warna-warni pakaian tradisional yang dikenakan para siswa. Ada yang mengenakan pakaian adat Minangkabau dengan tanduk emasnya yang megah, ada pula yang mengenakan busana Betawi dengan corak etnik khas ondel ondelnya, hingga ada yang tampil dengan pakaian adat Papua yang penuh keunikan. Semua tampil dengan percaya diri, seolah-olah mereka benar-benar sedang membawa pesan dari leluhur tentang keberagaman budaya bangsa.

Pawai ini bukan hanya menjadi ajang kreativitas, tetapi juga menjadi tontonan yang menghibur sekaligus mendidik bagi masyarakat sekitar. Banyak warga desa yang sengaja datang untuk melihat, bahkan sebagian ada yang membawa kamera dan ponsel untuk mengabadikan momen tersebut. Cuaca panas siang hari tidak mengurangi semangat peserta pawai. Mereka tetap berjalan dengan penuh keceriaan, diiringi musik tradisional dan tarian yang menambah kemeriahan suasana.

Setelah acara selesai, para siswa kembali ke sekolah dengan wajah lelah namun penuh rasa puas. Mereka segera mencari tempat untuk beristirahat, menghilangkan rasa dahaga dengan minuman dingin, dan menikmati kudapan yang disediakan. Wajar saja, karena energi mereka telah terkuras habis untuk memberikan penampilan terbaik. Setelah semua selesai, sekolah pun tampak lengang. Suasana riuh gembira berubah menjadi tenang, seolah menyimpan kenangan manis dari sebuah perayaan budaya yang mengesankan.

Namun, di balik euforia itu, tersisa sebuah pemandangan yang sedikit mengganggu. Di depan kelas kelas, terlihat banyak botol dan gelas plastik berserakan. Sebagian ada yang masuk ke tempat sampah, namun tak sedikit pula yang tergeletak di tanah begitu saja. Ini menjadi catatan penting bahwa semangat menjaga kebersihan belum sepenuhnya melekat di hati siswa maupun penonton kegiatan.

Untung saja, di tengah suasana yang mulai sepi, datanglah seorang kakek tua bernama Mbah Wagimun, warga desa Kebon. Dengan langkah perlahan, ia memunguti satu per satu botol plastik dan gelas sekali pakai yang berserakan. Karung plastik besar di punggungnya mulai terisi sedikit demi sedikit. Sesekali ia tersenyum kecil, seolah bersyukur bahwa hari itu ia bisa membawa pulang cukup banyak barang untuk dijual ke pengepul.

Mbah Wagimun bukanlah petugas kebersihan sekolah. Ia hanyalah seorang pemulung yang kesehariannya mengumpulkan barang-barang bekas dari tempat sampah atau area publik. Penghasilannya memang tak seberapa, namun cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Meski terlihat sederhana, apa yang ia lakukan memiliki dampak besar. Tanpa disadari, ia membantu mengurangi sampah plastik yang dapat mencemari lingkungan.

Pemandangan ini menjadi pelajaran berharga. Bahwa di tengah kegembiraan sebuah perayaan, ada pula tanggung jawab menjaga kebersihan dan kelestarian alam. Kegiatan Spensatu Ko-Aksi memang telah menunjukkan kreativitas dan kebanggaan budaya, namun di balik itu ada pesan lain yang tak kalah penting: setiap acara seharusnya diikuti dengan kesadaran menjaga lingkungan.

Mungkin, bagi Mbah Wagimun, memunguti botol dan gelas plastik hanyalah cara sederhana untuk mencari rejeki demi menyambung hidup. Namun, tanpa ia sadari, manfaatnya bagi alam jauh lebih besar. Ia telah menyelamatkan sebagian sampah dari kemungkinan mencemari tanah, air, dan udara. Sosoknya mengajarkan bahwa kontribusi untuk bumi tidak harus selalu besar; bahkan langkah kecil dari seorang kakek renta bisa membawa dampak luar biasa.

“Kadang, orang yang kita kira hanya sedang berjuang untuk dirinya sendiri, sesungguhnya sedang menolong dunia tanpa kita sadari.”

Jawablah pertanyaan reflektif dibawah ini
1. Apa makna keberagaman budaya yang ditampilkan dalam kegiatan Spensatu Ko-Aksi bagi diri Anda pribadi?
2. Bagaimana cara sederhana yang dapat Anda lakukan untuk menjaga lingkungan setelah menghadiri sebuah acara besar?
3. Mengapa tindakan kecil Mbah Wagimun dapat memberikan dampak yang besar bagi alam?
4. Bagaimana sekolah dapat mengintegrasikan nilai kepedulian lingkungan ke dalam setiap kegiatan belajar dan perayaan?
5. Apa langkah konkret yang dapat Anda lakukan agar acara serupa tidak meninggalkan jejak sampah di masa depan?

Komentar

Ninuk Suhesti 2025-08-27 09:32:43

Coba menjawab ya..\r\n1.Bahwasanya keberagaman budaya Indonesia dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa,mempererat rasa persaudaraan dan menambah pengetahuan dengan adanya kegiatan Ko-aksi yang ditampilkan,jadi top deh pembelajaran PKn real di kehidupan sehari-hari.\r\n2.Biasanya sampah saya bawa pulang atau dibuang ke tempat sampah yang dilewati.\r\n3.Karena beliau real menjaga lingkungan terutama dengan mengumpulkan sampah-sampah plastik \r\n4.Setelah kegiatan tersebut dilanjutkan dengan kebersihan lingkungan sekitar dijadikan pembiasaan yang akhirnya menciptakan kesadaran diri untuk cinta lingkungan \r\n5.Menyiapkan minuman isi ulang,atau sekolah menyediakan gelas yang tidak sekali pakai, untuk jajan bisa diganti dengan nasi kerdus dibawa pulang,Selama kegiatan berlangsung dari (pra acara sampai selesai)Ko -Aksi sampah dibuang di TPA atau disortir/dikumpulkan bisa diambil tukang rosok🙏🙏🙏

PUTRI RAHMADANI 2025-08-27 07:42:20

LITERAKSI INI SANGAT MENYENANGKAN

Anonimous 2025-08-27 07:28:50

Good on ol

ZhiNelll🔆 2025-08-27 07:20:50

Menarik

pukon 2025-08-27 07:10:10

keren🤙

← Kembali ke Daftar Artikel