Nusuk yang satu ini bukan berarti melukai dengan senjata tajam. Melainkan sebuah aplikasi kunjungan ke Raudhah. Raudhah juga dikenal sebagai Taman Surga, adalah area istimewa di dalam Masjid Nabawi. Tempat ini diyakini sebagai salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa dan beribadah. Menurut sejarah letaknya di antara rumah Nabi Muhammad SAW dan mimbar masjid saat itu.
Jamaah yang berniat berkunjung diwajibkan mendaftar dulu melalui aplikasi pintar ini. Hari dan jam sudah ditentukan, para jama’ah tinggal memilih. Lingkaran yang berwarna hijau berarti masih ada tempat, masih bisa diisi. Sedangkan yang berwarna merah artinya sudah penuh, sudah tidak bisa dipilih. Jika pendaftaran berhasil, tandanya mendapatkan barcode.
Sebelum masuk ke Raudhah para jama’ah yang sudah mendapatkan barcode ditata rapi. Berbaris satu sap menuju lajur yang dituju. Di ujung lajur terdapat petugas yang memeriksa. Jamaah tinggal menunjukkan barcode di handphone masing-masing, petugas tinggal memindai. Begitu berhasil dipindai langsung dipersilakan masuk. Sungguh tertib nyaman dan menyenangkan tanpa harus saling berdesak-desakan. Tanpa harus berebut saling mendahului. Kehadiran teknologi benar-benar memudahkan segalanya.
Saya berangkat dari hotel menjelang waktu sholat Ashar sesuai waktu yang dipilih, bersama tiga orang teman. Kami berempat segera mengambil posisi antri berbaris menunggu giliran diperiksa. Semua jamaah menunggu dengan sabar dan tertib. Tidak nampak nafsu saling mendahului. Betapa indahnya jika semua aspek kehidupan berjalan tertib seperti ini. Kami bertiga berhasil lolos pemindaian. Namun satu orang teman masih tertahan. Barcodenya beberapa kali gagal dipindai. Dia tidak diperbolehkan masuk. Kami bertiga jadi tidak enak di rasa. Tak sampai hati jika berhasil masuk namun meninggalkan seorang teman di luar sendirian. Kami memutuskan untuk tetap berdiri menunggu di sisi kanan pintu masuk. Dengan melambai-lambaikan tangan ke arahnya. Diapun menyambut lambaian tangan kami. Perlakuan ini berhasil menarik perhatian petugas. Dengan ramah petugas itu mendekati kami. Menggunakan isyarat kedua tangan membuka mungkin menanyakan apa maksud anda? Spontan saya jawab : He is my brother, in the same room. Petugas baik hati itu akhirnya membolehkan permintaan kami. Jadinya kami berempat berhasil masuk ke Raudhah. Alhamdulillah. Walaupun ini merupakan kesempatan pertama dan sekaligus terakhir. Karena sistem tidak mengijinkan jamaah mendaftar untuk yang kedua kali. Mengingat begitu banyak jamaah yang juga berkeinginan.
Ternyata kami belum boleh langsung menuju Raudhah. Masih harus menunggu di sebuah tempat bagian dari masjid, disekat dengan plastik putih polos bahan banner. Terbentuk ruangan terpisah. Tidak berapa lama ruangan penuh dengan jamaah. Adzan berkumandang pertanda waktu sholat Ashar telah tiba. Kami melakukan sholat dan berdoa sepuasnya di situ, sampai ada perintah untuk masuk ke Raudhah. Ruang Raudhah tidak begitu luas sehingga kami berdesakan namun tetap menjaga ketertiban dan kesakralan. Saya sempat ragu bolehkah sholat dua rakaat di sini? Sementara waktunya ba’da Ashar. Bukankah diharamkan sholat sesudah Ashar. Namun teman di samping kiri saya seorang guru MTsN Paron membolehkan. Ternyata semua jamaah juga melakukannya. Nyata benar bedanya sholat di tempat ini. Perasaan haru sekaligus syahdu merasakan belaian lembut sang Kholiq yang maha rohman dan rahim.
Komentar
Belum ada komentar.