Pemberitahuan lewat grup WA bahwa ba’da Isha’ para jama’ah dari Surya Mabrur Ngawi dimohon berkumpul di mushola hotel untuk menyambut kehadiran perwakilan PCIM Arab Saudi. Kepanjangan PCIM adalah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah. Anggotanya para mahasiswa Indonesia yang menempuh pendidikan di negeri kaya minyak ini. Mereka semua mendapat bea siswa. Ada enam orang yang hadir. Mereka berasal dari Pangkeb Sulsel, Sumbawa, Lombok, Pekalongan dan Jogya. Selama di tanah suci merekalah yang menjadi pemandu ibadah dan berwisata. Pertemuan itu sungguh terasa hangat sekaligus mengharukan. Mereka bercerita bagaimana awal mulanya dapat lolos seleksi untuk kuliah di negaranya Raja Salman ini. Lima diantaranya sama yaitu mendaftar dilanjutkan mengikuti seleksi secara prosedural. Ada satu yang agak lain. Dia sudah mendaftar tetapi tidak dipanggil mengikuti seleksi. Dia memilih kuliah di sebuah PT swasta di tanah air sampai lulus. Setelah lulus baru dipanggil seleksi. Hasilnya lolos masuk ke Universitas Islam Negeri Madinah. Yang tidak dia lupakan adalah ucapan selamat dari ustd Bahtiar Natsir karena satu-satunya mahasiswa yang berijazah paket C dan juga S1 bahasa Arab. Cerita yang sungguh menginspirasi. Saya merasa ikut bahagia. Ada anak bangsa yang gigih berjuang demi ilmu yang disandang.
Kebahagiaan menjadi lebih sempurna saat mereka membawakan kami enam nampan nasi kebuli. Nampannya berukuran besar dengan daging kambing yang juga berukuran jumbo. Saat saya ikut mengangkat, wow berat dan masih panas. Pantas jika ada permintaan bahwa yang mengangkat nampan seyogyanya yang masih muda dan perkasa. Ketika saya dijawil, dalam hati tersenyum. Di sini dipandang masih muda, sementara di sekolah tergolong paling tua. Ternyata hukum relativitas berlaku di mana-mana.
Enam nampan nasi kebuli terbukti lebih perkasa. Lebih dari seratus orang jamaah tidak mampu menghabiskan. Memang tidak semua berminat. Butiran nasi yang berukuran lebih panjang dibanding butiran nasi di tanah air itu tak mampu ditaklukkan. Kami pun menyerah tak mampu menaklukkan nasi kuning beserta daging kambing jumbo itu. Terpikir bahwa dosis makan orang Arab memang jumbo, jauh di atas kami orang Indonesia. Idealnya satu nampan untuk delapan orang Arab. Tetapi faktanya lima belas orang jamaah Indonesia tak mampu menghabiskan satu nampan. Saya teringat ketika kuliah punya teman kos keturunan Arab. Dia sering mengejek dengan candaan bahwa orang Jawa suka ngirit saat makan daging ayam. Pasalnya nasi satu piring ludes hanya dengan lauk satu paha ayam. Kata dia kebiasaan dalam keluarganya, bahwa satu ekor ayam idealnya untuk dua orang. Luar biasa.
Akhirnya nasi kebuli yang tersisa kami simpan untuk makan pagi. Ternyata masih enek juga. Jatah makan dari hotel sebagian di makan, selebihnya disedekahkan.
Komentar
Alhamdulillah baru sempat buka & baca saya yang ikut makan nasi kebuli lauk daging kambing masakan arab memang enak sekali...
Jadi pingin makan nasi kebuli he he he
Pengalaman yang sangat berkesan.