Bagi sebagian besar siswa, pelajaran Bahasa Inggris sering kali menjadi tantangan tersendiri. Struktur kalimat yang berbeda, aturan tata bahasa yang rumit, serta ketakutan berbicara di depan umum membuat pelajaran ini terasa asing dan menakutkan. Tak jarang, Bahasa Inggris dianggap sebagai "momok" yang menurunkan semangat belajar.
Namun, apa jadinya jika pelajaran yang ditakuti itu justru berubah menjadi pelajaran yg dicintai dan favorit?
Saya tidak asing dengan rasa takut itu. Saat masih sekolah, Bahasa Inggris adalah pelajaran yang paling saya hindari. Ketika guru masuk kelas, saya merasa cemas. Setiap tugas terasa seperti beban. Saya merasa tidak mampu dan tidak percaya diri.
Segalanya berubah ketika saya mulai bertanya pada diri sendiri: "Mengapa saya takut?" Jawabannya sederhana—karena saya belum benar-benar mengenal Bahasa Inggris. Setelah lulus SMA, saya memutuskan untuk belajar kembali, kali ini dengan cara saya sendiri.
Saya belajar secara otodidak, bukan dari buku pelajaran, tapi dari hal-hal yang saya sukai: lagu-lagu berbahasa Inggris, film, video YouTube, dan interaksi ringan di media sosial. Dari situ saya sadar, Bahasa Inggris tidak sesulit yang saya bayangkan. Bahkan, bisa sangat menyenangkan bila disampaikan dengan cara yang tepat.
Pengalaman pribadi itu begitu membekas hingga akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan belajar mengambil.jurusan Bahasa Inggris dan menjadi guru Bahasa Inggris di SMPN I Pitu. Tapi saya sadar, tantangan barunya jauh lebih besar: bagaimana caranya agar siswa saya-- yang dulu memiliki ketakutan yang sama—juga bisa jatuh cinta pada Bahasa Inggris?
Saya mulai mengembangkan pendekatan yang relevan, menyenangkan, dan membumi. Berikut beberapa strategi yang saya terapkan di kelas: 1.Mengaitkan Materi dengan Dunia Siswa
Saya menyusun materi yang relevan dengan kehidupan siswa. Kosakata dipelajari dari topik yang mereka sukai—seperti hobi, makanan favorit, tren media sosial, atau idola mereka. Dengan begitu, Bahasa Inggris terasa lebih dekat dan tidak lagi abstrak.
2.Menggunakan Media yang Mereka Nikmati
Saya mengintegrasikan media populer seperti lagu, video pendek YouTube, game edukatif, dan aplikasi pembelajaran interaktif. Belajar terasa lebih menyenangkan karena dilakukan lewat medium yang mereka kenal dan sukai.
3.Menumbuhkan Kepercayaan Diri Lewat Kesalahan
Di kelas saya, kesalahan bukanlah hal yang ditakuti. Justru sebaliknya—kesalahan adalah bagian dari proses belajar. Saya ingin siswa merasa aman untuk mencoba, tanpa takut dihakimi. Keberanian untuk berbicara jauh lebih penting daripada kesempurnaan.
4.Memberi Ruang Ekspresi Diri
Saya mendorong siswa untuk mengekspresikan diri melalui Bahasa Inggris. Kami membuat lirik lagu, bermain drama mini, hingga membuat video pendek. Bahasa Inggris bukan lagi sekadar pelajaran, melainkan alat ekspresi diri yang menyenangkan.
5 Menciptakan Suasana Belajar yang Hangat dan Akrab
Saya membangun kedekatan emosional dengan siswa. Di kelas saya, tidak ada tekanan berlebihan. Hubungan guru dan siswa dibangun atas dasar saling percaya dan saling mendukung. Kelas menjadi ruang yang aman dan nyaman untuk tumbuh bersama..
Hasil yang Membahagiakan ,
Perubahan tidak terjadi dalam semalam, tetapi hasilnya perlahan mulai terlihat. Siswa yang dulunya takut bicara kini mulai berani menyapa dengan kalimat sederhana seperti:
"Good morning, Moom!", "Hello, Moom, How are you?", "I want to go to the toilet.and ", Let's Pray Together.
Siswa yang dulunya pasif mulai aktif bertanya, tertawa, setiap kali pelajaran Bahasa Inggris dimulai. Inilah momen yang paling membahagiakan bagi saya dan merupakan kemenangan sejati sebagai guru. Ketika siswa bukan hanya belajar, tapi juga menikmati proses belajarnya.
Mari kita bangun pembelajaran Bahasa Inggris yang ramah, hangat, dan penuh semangat. Karena pada akhirnya, pendidikan bukan hanya soal pengetahuan, tetapi tentang menumbuhkan cinta belajar dalam diri setiap anak.
Komentar
Belum ada komentar.