Sebuah perjalanan spiritual yang tak terlupakan. Saya berkesempatan bertemu dengan orang-orang luar biasa hebat. Kami jemaah dari Ngawi menginap di Hotel Diamond Tower 3. Sebuah tempat menginap yang strategis dengan fasilitas yang nyaman untuk melakukan ibadah dan aktivitas lainnya.
Untuk menuju Masjidil Haram, kami menggunakan bus Shalawat No 26 yang hanya memakan waktu sekitar 12 menit. Ini sangat memudahkan kami untuk melakukan shalat dan beribadah di Masjidil Haram tanpa harus khawatir tentang transportasi.
Pada hari Kamis dini hari, regu saya yang terdiri dari 10 orang berangkat dari hotel pada jam 01.20 waktu Mekah. Kami menuju Masjidil Haram dengan penuh semangat dan harapan untuk mendapatkan pengalaman spiritual yang mendalam. Setelah 12 menit perjalanan, kami tiba di terminal dan langsung menuju Masjidil Haram.
Saat berjalan menuju Masjidil Haram, saya melihat seorang laki-laki sepuh berjalan sendirian. Meskipun usianya sudah 75 tahun, beliau tidak menunjukkan tanda-tanda kepanikan atau kelelahan. Malah, beliau terlihat percaya diri dan melangkah dengan mantap. Saya merasa kawatir dan bergegas menghampiri beliau. Di tengah ribuan orang tentunya riskan berjalan sendirian. Apalagi sudah tergolong lanjut usia.
Beliau bernama Mbah Samingan, berasal dari Pacing Padas. Saya sangat terharu melihat raut muka beliau yang berseri saat saya gandeng tangannya. "Alhamdulillah," kata beliau dengan penuh rasa syukur. Saat kami tiba di dalam Masjidil Haram, tidak lupa menghampiri tempat air zam-zam. Saya isikan botol mbah Samingan dengan air yang tidak dingin, dan petugas yang baik hati bahkan membantu mengambilkan air zam-zam untuk kami.
Bersamaan dengan itu saya merasakan seseorang meraba kepala saya. Tentu ada perasaan terkejut. Saya menoleh ke belakang. Tetapi tidak ada orang kecuali barisan jemaah berjalan tergesa-gesa mencari tempat untuk sholat. Saya merasakan sebuah peci kain berwarna biru tua bermotif bulatan telah tersemat di kepala. Memang ketika berangkat saya tidak mengenakan peci. Sejenak saya terpana, tidak tahu siapa orang baik yang telah memberikan peci ini. Peci dengan ukuran 58 made in Bangladesh. Sungguh hadiah yang tak ternilai. Pada saatnya nanti saya bawa pulang ke tanah air sebagai kenang-kenangan tak terlupakan saat di Mekah. Terima kasih ya Allah, Engkau telah mengutus orang baik.
Komentar
Terima kasih Bu Bundari dan pak Budi atas doanya. Semoga panjenengan selalu dalam keadaan sehar wal afiat.
Alkhamdulillah...semoga berkah.\r\n\r\n\r\n
Mantab Semoga menjadi Haji Mabrur Pak Wahyudi